Mencari Rumah di Tengah Permainan

Saya dulu mengira menang adalah tujuannya. Lalu saya duduk sendirian di apartemen Brooklyn pukul 02.17, menatap rolet digital—bukan keberuntungan, tapi ritus. Layar bercahaya seperti lenter di Chinatown saat Tahun Baru Imlek. Setiap hasil—庄 atau 閒—bukan data. Itu adalah napas. Saya tidak di sini untuk mengalahkan rumah. Saya di sini karena ketika saya tujuh, ibu saya bermain mahjong di bawah lampu jalan yang berkelip setelah perceraian. Ia tak pernah bicara soal uang—tapi menyanyikan lagu jazz sambil menunggu keberuntungan datang. Di situlah saya belajar: makna bukan pada statistik, tapi pada diam.