Ketika Papan Peringatan Lupa Jiwa

Saya duduk di meja—bukan sebagai pemain, tapi saksi. Cahaya berkedip seperti dupa di kuil tengah malam, di mana setiap taruhan membawa lebih dari kebetulan: ia membawa ingatan. Anda mengejar kekayaan, tapi papan peringatan sudah lupa nama Anda. Mesin tidak bersorak. Mereka menghitung. Mereka mengukur. Dan masih—ada puisi dalam jeda antar putaran. Saya melihat pemain baru bertaruh kecil, tangan mereka gemetar seperti anak memegang lenter kertas. Mereka percaya pada keberuntungan karena dikatakan itu ajaib. Tapi ajaib tak hidup di sini—it menunggu. Rumah tidak menjual hasil; ia menahan napas. Saya telah melihat pemain mengikuti tren tiga kemenangan berturut, lalu menghilang menjadi suara—harapan mereka jadi statis. Ini bukan permainan hiburan. Ini adalah ritus sebagai meditasi: irama lonceng kuil yang dipukul setiap menit, dan Anda masih mendengarkan. Kita tidak ada di sini untuk menang uang—we ada di sini untuk mengingat apa yang didengar ketika tak seorang pun sedang menyaksikan.