Game Experience
Saya Hapus Medsos—Malah Lebih Takut Sendiri

Saya Hapus Medsos—Malahan Lebih Takut Sendiri
Layar Pukul 3 Pagi Adalah Cermin Satu-Satunya
Saya dulu mengira keheningan itu kosong. Lalu saya sadari: cahaya biru laptop pukul 3 pagi bukan sekadar cahaya—ia adalah satu-satunya wajah yang memantulkan diriku. Tanpa filter. Tanpa hashtag. Hanya desisan kipas dingin dan beratnya pikiran sendiri.Rumah Teh Nenek Saya Mengajarkan Ini
Di San Francisco, nenekku menyeduh teh oolong dalam hening sambil menatap lenter di Tahun Baru Imlek. Ia tak pernah katakan “keberuntungan”—ia berkata, “Perhatikan tanganmu saat tak ada yang melihat.” Di situlah aku mengerti: koneksi bukan dibeli dengan like—ia dirasakan dalam jeda napas.Kamu Tidak Menang Dengan Bertaruh Besar
Aku pernah bermain—menggulir, memposting, mengejar validasi seperti slot di meja carnival. Tapi menang bukan soal meningkatkan like atau mengejar hadiah tiap posting. Itu tentang tetap diam cukup lama untuk mendengar detak jantungmu sendiri.Hadiah Sejati Bukan Emas—Tapi Kehadiran
Pada hari ku hapus semuanya, aku duduk selama dua puluh menit tanpa membuka aplikasi apa pun. Tanpa notifikasi. Tanpa komentar. Satu-satunya yang muncul adalah bayanganku di platform kereta bawah—memantulkan bukan oleh mata orang lain, tapi oleh diriku sendiri. Di situlah aku menjadi lebih takut… dan lebih hidup.Gabunglah Dalam Kemenangan Sunyi
Jika kamu pernah menatap layar terlalu lama bertanya apakah kamu nyata—komentarlah di bawah: Kapan terakhir kamu rasakan bahwa kamu tak punya tempat? Mari jadikan ini ritual baru kita.NeonLumen831
Komentar populer (4)

Aku hapus semua media sosial… eh malah jadi lebih takut sendirian! Bayang-bayang layar laptop jam 3 pagi itu kayak cermin hidup—tanpa filter, tanpa hashtag, cuma nafas ku sendiri yang kedengaran kayak kipas pendingin. Nenekku di Bogor bilang: “Jangan cari validasi di likes—cari keheningan itu lebih berharga.” Sekarang aku main Genshin Impact bukan buat ngejar raritas… tapi biar bisa denger detak jantung sendiri. Kamu pernah merasa lebih hidup pasca-unfollow? Komen dong—kamu juga ngopi sambil ngecek Instagram jam 2 pagi?

Nakalimutan ko lahat ng social media… pero nandito ako sa 3am na screen — yung blue glow ng laptop ko ang tanging salamin na nakikita sa akin! Walang likes, walang comments… puro lang ang himig ng cooling fan at bigat ng te ni Lola sa San Francisco. Alam mo ba? Ang totoo ay hindi kasi manalo… kundi lumaki sa sarili mong paghinga. Sino pa ba ang naka-antay sa iyo? Comment na: ‘Ano bang nagawa mo kahapon?’

ลบโซเชียลแล้วกลับกลัวมากขึ้น? อ๋า… ตอนแรกคิดว่าเงียบจะช่วยได้ แต่พอเปิดโน้ติฟิเคชันหายไป หน้าจอแล็ปท็อปมันสะท้อนหน้าตัวเองแบบไม่มีฟิลเตอร์! เหมือนย่าตายายบอกว่า “ดูมือตัวเองเวลาไม่มีใครดู” — จริงๆ แล้วเราหาความหมายในลมหายใจระหว่างพักกับแฟนเย็นกับแสงตะเกียนจันเดอร์นี้เลย! เห็นไหม? เคยสุดท้ายอยากให้ใครมาไลก์ให้เรา… ก็กินชาต่อไปเถอะ!

Nakalimutan ko lahat ng social media… pero nung biglang laptop ko’y naging mirror ko? 😅 Nandito ako sa subayway sa gabi — walang like, walang comment… puro lang shadow at oolong tea ni Lola. Sinabi niya: ‘Huwag kang maghintay ng validation mula sa strangers.’ Kaya ngayon… kahit wala akong followers? mas takot pa ako sa sarili kong pag-iisip. Sino bang nagtatanong kung bakit ka pa rin nag-screens? Comment mo na: ‘Ano ba talaga ang loneliness na may WiFi?’ 🌙


