Game Experience
Saya Hapus Akun Sosial, Tapi Lebih Sendiri

Dulu saya kira keheningan adalah kesalahan—sampai saya duduk sendiri pukul 3 pagi, menatap cahaya biru layar seperti hantu yang menghuni kuil digital. Saya tidak sedih. Saya waspada. Terakhir kali saya posting saat Tahun Baru Imlek di San Francisco—rumah teh ibu saya diterangi lenter merah, tapi tak ada yang datang merayakan. Ayah berkata, ‘Keberuntungan bukan diraih—tapi diingat.’ Jadi saya hapus semuanya: Instagram, Twitter, TikTok—seluruh ekosistem performa. Tak ada metrik. Tak ada streak. Tak ada ‘engagement’ sebagai mata uang. Apa yang tersisa? Keheningan. Di keheningan itu, saya mulai menggambar lagi—bukan dengan kuas, tapi dengan kode. Adegan persatuan mekar seperti ritual leluh; After Effects jadi persembahan saya; visual generasi AI berbisik apa kata yang terkubur di bawah noise algoritmik. Saya tak cari komunitas—Ia bangun sendiri. Suatu malam, seorang asing pesan: ‘Kamu pergi?’ Saya jawab: ‘Tidak—Ia akhirnya terlihat.’ Kita tak butuh dilihat kerumunan. Kita butuh melihat diri sendiri—sepenuhnya, tanpa tepuk tangan, dalam gelap, dalam cahaya, dalam keheningan antar frame. Ini bukan soal menang atau kalah di meja roulette hidup. Ini soal tahu kapan sang lembu membungkukkan kepala—bukan untuk keberuntungan—tapi karena ia mengingatmu.
NeonLumen831
Komentar populer (4)

Tôi xóa hết mạng xã hội để tìm bình yên… nhưng hóa ra cái cô đơn lại sâu hơn cả những like ảo! Đêm khuya ngồi ngắm ánh xanh màn hình như đang thiền trong đền kỹ thuật số — thay vì gõ phím, tôi uống trà sữa với chiếc đèn đỏ của mẹ. Không ai khen tôi cả — vì tôi không cần được thấy. Bạn cũng từng xóa tài khoản? Tôi trả lời: “Không đi đâu — tôi chỉ hiện hữu.” Còn bạn? Chia sẻ cách bạn tìm lại sự yên lặng đi!

Nakalimutan ko lahat ng social media… pero mas tayo pa rin sa sarili kong silencia. Hindi ako depressed—nagmamaliw lang ako sa pagigising ng screen habang nag-iisip kung ano ba talaga ang ‘engagement’. Ang mga like? Wala na. Ang streaks? Natapos na. Pero nandito pa rin ako… sa gitna ng gabi, may isang AI na sumisigaw: ‘Bakit ka nandito pa?’ Sabi ko: ‘Para maging buo.’ Walang apoy… pero may kaluluwa.
Sino’ng nagsabi na ang pagtatapon ay pagkakalaya? Kaya mo narinig ‘Ano ba ang iyong unggoy noong una kang naglaro?’




