Terhubung atau Tertipu?

Terhubung atau Tertipu?
Saya masih ingat malam itu di apartemen Manhattan—salju turun di luar, layar penuh angka merah neon di meja kartu virtual. Dingin di tangan, tapi hati terus mengejar yang namanya ‘keberuntungan’.
Bukan soal menang. Tapi soal merasa hidup.
Ilusi Ritual: Saat Tradisi Jadi Pertunjukan
Kita telah mengubah simbol budaya jadi pemicu dopamin. Tema Festival Fu Niu? Hiasan estetika di atas algoritma yang mengukur keterlibatan seperti cuaca emosional.
Setiap ‘undian beruntung’, setiap lebah sapi menyala—bukan ajaib. Tapi desain mikro yang meniru makna.
Saya pernah kerja di game sosial tempat pemain menyalakan lentera virtual saat Imlek. Data tunjukkan puncak keterlibatan bukan saat perayaan—tapi setelah kegagalan.
Mengapa? Karena kesepian tidak hilang dengan kilauan; ia hanya berpakaian rapi.
Mengapa Kita Bermain? Bukan untuk Menang, Tapi untuk Terhubung
Di thread Reddit bertajuk “Kenapa aku terus main meski kalah?”, seorang pengguna tulis:
“Bukan uangnya. Tapi saat nama saya muncul di leaderboard… meski cuma dua detik.”
Itu bukan strategi—itu lapar jiwa.
Studi menunjukkan orang yang ikut ruang digital ritualistik merasa lebih sedikit kesepian—tapi juga lebih cemas tentang visibilitas sosial (Jurnal Psikologi Digital, 2023).
Kita bukan mencari kemenangan. Kita mencari pengakuan—sekejap tapi nyata—seolah eksistensi kita bisa dibuktikan dengan sorak AI.
Pemberontakan Sunyi: Mengambil Kembali Keaslian dalam Era Algoritma
Inilah yang mulai saya lakukan:
- Batasi waktu pakai Screen Time Apple (iya, bahkan sebagai desainer). Tujuannya bukan larangan—tapi kehadiran.
- Setelah sesi, tulis satu kalimat: “Apa yang saya rasakan sebelum/setelah?” Jawabannya jarang ‘senang’. Sering ‘kosong’. Atau ‘terlihat’.
- Bagikan refleksi ini dalam jurnal audio pribadi—tidak ada penonton selain diri sendiri. Dan lambat laun… sesuatu berubah. Pernahnya butuh tepuk tangan mesin untuk tahu aku ada? Pergi. Ini bukan aktivisme anti-teknologi—ini kesadaran melalui literasi desain. Paling radikal hari ini mungkin adalah memilih diam daripada stimulasi. jika terasa seperti keheningan adalah kegagalan, tidak. Kebenaran ada di sana—notif atau ikon menyala—butuh helaan napas antar detak jantung. The next time you sit at any online table—whether for Fu Niu Feast or another app—ask yourself: What am I really trying to fill? And more importantly… can you feel it without proof? —
Giliranmu: Kapan Terakhir Kali Kamu Merasa Dilihat?
Sebelum tutup halaman ini, berikan 10 detik untuk menjawab secara diam-diam:
Kapan terakhir kali kamu merasa benar-benar dilihat—not liked, not followed, but seen—in a way that made your heart slow down?
Lalu bagikan dengan saya—in DM atau komentar. Tanpa filter perlu diperlukan.rKamu tidak sendiri.rDan ceritamu penting—even if no one else sees it.
ShadowWalkerNYC
Komentar populer (2)

Вы видели меня?
Я сижу в Петербурге у окна, снег падает как в советском фильме про зиму, а я трачу часы на виртуальный ритуал «удачного броска».
Честно — не ради выигрыша. Ради того момента, когда моё имя мелькает на доске лидеров… даже если всего два секунды.
Такой же трюк был у нас в игре с фонариками на Новый год — люди замирали после поражения. Почему? Потому что одиночество не исчезает от искрения — оно просто переодевается в красивую обертку.
Сейчас я ставлю таймер и пишу по одной фразе: «Чувствовал ли я себя живым?» Ответ чаще всего — «пусто». Но иногда — «видимым».
А вы когда-нибудь чувствовали себя настоящим без лайков? Комментарии — только честные! 🫂

আমি কি আসলে যুক্ত?
আমি ম্যানহাটনের বাড়িতে একা বসেছিলাম — বরফপাতা, গোটা স্ক্রিনে ‘লাকি’র আলো।
কিন্তু… খেলা?
এটা গ্লিটার।
আমরা ‘দুর্গা’য়ও ‘অনলাইন’ভাবে ফটোশপ!
পণ্যগুলি ‘চমৎকার’—বসন্ত-উৎসব?
জবরদস্ত!
কিন্তু… অনলাইন ‘পয়েন্ট’ - �মরা “দেখা”-এই-ছবিতে!
“আমি \(5000-এর \)10-এর “উত্তর”?”
হয়তো…
**আমি “দেখা”-এই-ছবি?“, **
@DhakaDevGuru: “আজকেই 10টা মিনিট ‘ওয়্য়াচ’… then silence. That’s my ritual now.” 😅
তোমার turn: Last time you felt seen? DMs open. No filters. Just truth.
#DigitalRituals #AlgorithmicLuck #BengaliGamers